Selasa, 13 Oktober 2015

BERKAH KONVEKSI SAMPAI KE RANAH HAJI

Sebuah pohon yang besar dan kuat berasal dari sebeji benih yang kecill dan rapuh. Mungkin pepatah tadi sangat cocok untuk menggambarkan sebuah kesuksesan dari para pengusaha besar. Satu diantaranya adalah usaha konveksi milik abah abdul latief di daerah botoran tulungagung jawa timur. Usaha yang masih bisa disebut dengan semi home industry ini telah menjangkau berbagai pasaran produk konveksi di wilayah pulau jawa, termasuk sentra pasar tekstil di asia tenggara yaitu pasar tanah abang Jakarta timur. Tumbuh dan berkembang dalam area pusat usaha konveksi tidak membuat abah ini berkecil hati dalam menancapkan petumbuhan usaha. Sebuah usaha yang dirintis dari nol ini dimulai dengan menjajakan barang milik orang lain. Tekun dan jujur adalah modal utama pada saat itu. kakek dari  seorang cucu ini mulai berdagang pada tahun 1985, pada mulanya beliau berdagang untuk membiayai keinginannya untuk kuliah. Namun karena pada saat itu beliau tidak diterima pada jurusan yang dikehendakinya akhirnya berdaganglah yang digelutinya secara serius. “mungkin karena Tuhan telah menggariskan jalannya seperti ini, jadi seiring waktu berjalan penyesalan tidak kuliah perlahan memudar” tukas abah latief. Waktu berjalan dengan modal yang dimiliknya. Pada sekitar tahun 1987 dengan modal sebesar 250 ribu pada waktu itu, beliau memberanikan diri untuk membuat produk sendiri. Mencermati keadaan pasar juga menjadi senjata bagi abah latief ini. “karena pada tahun tahun itu dipasaran produk konveksi hanya berkutat pada pakaian-pakaian formal dan terkesan lawas (jika dibandingkan dengan saat ini) saya memulai untuk membuat desain busana muslim” kata abah latief. Pada tahun tersebut harga satu yard (90cm) kain masih berkisar 500 rupiah. saat itu juga beliau memperkerjakan 3 orang penjahit dengan bergantian. Dengan modal pengalaman dalam pemasaran saat berdagang beliau mencari sendiri pelanggan untuk menjual barang hasil produksinya. “ketika barang kita sudah dikenal, maka bukan lagi saya yang mencari pelanggan, tapi pelanggan lah yang bakalan mencari saya” jelas abah latief. Memang dengan pemaksimalan kualitas produk menjadi keunggulan strategi tersendiri. Apalagi ditambah dengan kemampuan untuk menjaga hati para pelanggan. “kebanyakan pelanggan saya adalah pemula dalam bisnis pakaian, satu pelanggan saya dari malang yang membuat saya salut, dia berkeliling dengan gigih memasarkan sapu dan keset dari pintu ke pintu, setelah mengenal saya dia hijrah berjualan pakaian” katanya. “seiring waktu dia tetap berjualan dengan cara door to door namun pada suatu ketika pasang surut penjualan pasti terjadi, karena jika hanya dengan orang rumahan maka perkembangan permintaan tidak akan berkembang dengan signifikan, nah disini saya memberi masukan kepadanya, coba cari di pasar-pasar dimana barang-barang seperti pakaian ini masih bisa masuk, nah disana akan lebih potensial pemasaran dengan permintaan tinggi.” Imbuhnya. Abah latief juga menceritakan bagaimana salah satu pelanggannya yang dari malang tadi akhirnya menjadi seorang bos besar dalam produk konveksi dan memasok berbagai pasar dan permintaan di daerah malang raya hingga melayani omset pesanan dari abah latif bisa mencapai 2 milyar , dan tentunya masih bekerjasama dengan produksi konveksi milik abah latief.
Dalam setiap usaha tentunya selalu ada pahit manisnya dalam menjalin kerjasama. Karena dalam kesepakatan dengan setiap pelanggan yang dijalinnya tidak memakai kontrak secara tertulis, namun hanya menggunakan pencatatan nota pembayaran dan yang paling utama adalah bekal saling percaya dalam kerjasama. “saya tidak pernah pakai jaminan dalam proses supplai permintaan barang yang kami produksi, tetapi saya hanya berbekal kepercayaan, karena pada hakikatnya kepercayaan itu lebih berharga atau lebih mahal daripada sebuah jaminan, kalau kepercayaan sudah hilang maka sudah dapat saya pastikan usaha itu tidak akan bertahan lama” ucap abah latief. Dalam proses berjalannya usahnya sendiri abah latief juga pernah mengalami wanprestasi dalam pembayaran produk yang dijualnya. Semisal macet pembayaran dari pelanggan, namun si abah ini tidak pernah melanjutkan perkaranya sampai ke ranah hukum. Beliau tetap saja mempercayai pelanggan tersebut dengan member tenggat waktu pembayaran hutang dan kelonggaran.
Terkait dengan kualitas produk etty collection milik abah latief ini melayani pesanan  busana muslim baik untuk pria wanita, dewasa, dan anak-anak. Namun hanya untuk skala besar saja, soalnya produk branded ini dari berdirinya sudah meiliki pangsa pasar wilayah busana muslim. Namun pada proses produksinya, tidak dapat dipungkiri selalu ada saja cirri (cacat) dalam proses produksinya. Namun cacat tersebut dalam koridor kewajaran, semisal rusak kancing baju, resleting tidak jalan dan lainnya yang masih tertolerir. Dan bisa diklaimkan dengan perbaikan lagi. Namun jika sudah fatal seperti robek pada kain maka dari pihak produsen menarik lagi barang tersebut dan mengganti dengan sepenuhnya kesalahan yang telah fatal tersebut. Walaupun sebenarnya abah latief ini juga telah memasang standart quality control dalam setiap barang produksinya dengan pengecekan langsung oleh sang istri yang dengan senang hati juga berjibaku dalam keberhasilan bisnis konveksi ini. Pengecekan sebelum barang beredar tersebut ditujukan untuk menjaga kualitas, serta untuk memastikan barang diterima dalam keadaan bagus oleh konsumen perantara maupun konsumen langsung. Karena beliau yakin kepuasan dan keberadaan konsumen dalam hal ini pelanggan akan terus menjamin eksistensi usaha konveksi ini. Pelanggan ditempatkan dalam skala prioritas tetinggi dalam setiap penciptaan produk, sebuah instrument bernama pelanggan atau konsumen adalah raja yang harus dialayani secara memuaskan. Pada prinsipnya abah latief sebagai pelaku usaha sangat mengedepankan etika dalam berbisnis yaitu dalam komunikasi bisnis dengan konsumen perantara atau dari pihak peng-grosir. Menjaga bahasa dalam berkomunikasi, memenuhi pesanan tepat waktu serta pemberian insentif bagi para pelanggan yang telah berproses bersama dalam kurun waktu yang tidak sebentar.  
Satu lagi sebuah rahasia kunci dari usaha konveksi abah latief adalah memanusiakan para pekerjanya. Abah latief tidak menganggap pekerjanya sebagai buruh atau bawahan, melainkan sebagai rekan kerja yang sama-sama memiliki visi kedepan meraih kesejahteraan. Begitu pula dengan perkongsian dagang yang dilakukan dengan para pelanggan yang mayoritas adalah pengusaha besar. Beliau menganggap suatu kepercayaan dan kesetiaan yang terus menerus akan menghasilkan sebuah hasil yang secara konsisten dan tak akan pernah terputus. Pada kenyataannya dapat dilihat bukti dari hasil usaha milik abah latief ini yang hingga saat ini mampu memperkerjakan puluhan karyawan tiap harinya. Tentunya keberadaan usaha konveksi ini mampu mengurangi angka pengangguran yang belakangan ini muncul dan kian bertambah akibat krisis keuangan global ini. Dan sang pemilik sendiri yang memiliki nama lengkap abdul latief ini, telah mampu menunaikan ibadah haji bersama istri dari hasil usaha konveksi ini yang pada tahun 2014 mereka mampu mencapai omset berkisar 10 milyar setiap tahunnya. Suatu bukti bahwa kepercayaan, kejujuran dan ketekunan adalah kunci kesuksesan.